Berguru 33 tahun hanya dapat 8 ilmu
Ilustrasi Ulama |
Hikmah ini
merupakan rangkuman dari pengajian kitab Ihya’ ‘ulumiddin karangan Imam
ghazali pada pengajian malam senin (19/01/2020) Bersama KH.Hamidurrahman Syuhud
tentang seorang murid yang belajar kepada gurunya selama 33 tahun yang hanya
mendapatkan delapan buah ilmu.
Jika dipikir
pikir seorang murid terdahulu yang berguru selama 33 tahun hanya mendapatkan
delapan buah ilmu sangatlah tidak logis, beda halnya dengan kita yang mondok
sudah lama akan tetapi sedikit ilmu yang kita dapatkan. Hal ini karena apa?
Hanya kalian yang tahu…intropeksi diri sendiri!. Sebelum pemaparan, Al faqir
menghimbau kepada teman teman untuk jangan salah paham terlebih dahulu. Delapan
buah ilmu ini mencakup apa yang ada di dalam 4 kitab (Taurat, Injil, Zabur,
Al-qur’an.) Apakah Delapan buah ilmu tersebut? Kita simak ceritanya.
Suatu ketika
imam Syaqiq Al balkhi bertanya kepada muridnya (Imam Hatim Al ashom)
Imam Syaqiq
Al balkhi : “Berapa lama kau
menemaniku wahai hatim?”
Imam Hatim
Al ashom : “Sudah 33 Tahun
wahai guru”
Imam Syaqiq
Al balkhi : “Lantas dalam waktu
selama itu, apa yang engkau pelajari dariku?”
Imam Hatim
Al ashom : “ Saya hanya dapat
memahami delapan perkara”
Sontak imam
Syaqiq Al balkhi kaget dan berkata “Inna lillahi wa inna
ilahi raji’un. Wahai muridku, umurku telah habis
bersamamu namun engkau tidak belajar kecuali delapan permasalahan,”
Kemudian imam Hatim Al
ashom menjelaskan kepada gurunya dengan penuh ta’dzim “Wahai guruku, saya tidak
mempelajari selain delapan permasalahan itu, dan mohon maaf, sungguh saya tidak
suka berbohong,”
“Sampaikan
delapan permasalahan itu, agar aku mendengarnya,” Pinta imam Syaqiq Al bakhli.
Imam Hatim berkata, “Saya melihat seluruh manusia yang masing-masing
dari mereka mencintai apa yang mereka cintai. Mereka bersama apa yang mereka cintai sampai kubur. Namun,
ketika mereka sudah sampai kubur,
maka apa yang mereka cintai meninggalkannya. Maka saya jadikan amal-amal baik sebagai kekasih saya.
Sehingga, ketika saya masuk kubur, maka apa yang saya cintai ikut masuk ke kubur pula.”
“Bagus wahai Hatim. Lalu apa yang kedua?” Tanya imam Syaqiq.
Imam Hatim melanjutkan “Saya
melihat firman allah ta’ala:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى،
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka Sesungguhnya
syurgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40 - 41)
Saya yakin bahwa
sesungguhnya firman Allah subhanahu wa ta’ala adalah haq. Maka saya memaksakan nafsu saya untuk menolak kesenangan hingga nafsu saya tenang untuk taat kepada Allah
ta’ala.
Yang ketiga, sesungguhnya saya melihat seluruh manusia memiliki sesuatu yang berharga dan bernilai, mereka beranggapan bahwasanya barang tersebut akan mengangkat derajatnya dan menjaganya. Kemudian saya melihat firman Allah ‘azza wa jalla:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ
“Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah
adalah kekal.”(QS. An-Nahl: 96)
Dan setiap sesuatu yang bernilai dan
berharga milik saya, saya hadapkan
kepada Allah agar tetap terjaga di sisi-Nya.
Yang keempat, saya melihat
semua manusia yang masing-masing dari mereka selalu kembali ke harta, keturunan mulia, pangkat dan nasab. Saya
berfikiran bahwasanya semua itu tidak
ada artinya. Kemudian saya melihat
firman Allah ta’ala:
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS.
al-Hujurat: 13)
maka saya bertaqwa dan semoga saya dimuliakan disisi Allah.
maka saya bertaqwa dan semoga saya dimuliakan disisi Allah.
Yang kelima, saya melihat sebagian manusia yang saling mencela dan melaknat
sebagian yang lain, dan penyebab semua ini adalah sifat hasad (dengki).
Kemudian saya melihat firman Allah azza wa jalla:
نَحْنُ
قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia.”(QS. Az-Zukhruf: 32)
Maka saya
tinggalkan sifat hasad dan saya memilih untuk ‘uzlah (menjauh dari
kumpulan manusia). Saya yakin bahwasanya semua
pembagian sudah ada di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Maka
saya menghindari permusuhan dengan manusia.
Keenam, saya melihat manusia. Sebagian dari
mereka menggangu dan membunuh sebagian yang lain. Kemudian saya kembali kepada firman Allah ta’ala:
إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
“Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu).”(QS. Fathir:
6)
Yang
ketujuh, saya melihat manusia, setiap hari dari mereka senang mencari makan hingga masuk dalam
perkara yang tidak halal untuk mendapatkannya. Kemudian saya melihat firman Allah ta’ala:
وَمَا مِنْ
دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata (makhluk hidup)
pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.”(QS. Huud: 6)
Maka saya menganggap bahwasanya saya merupakan salah satu dari binatang melata
tersebut yang sudah ditanggung rezekinya oleh Allah. Maka saya menyibukkan diri
saya dengan apa yang menjadi hak Allah ta’ala, dan saya meninggalkan apa yang menjadi hak saya di sisi-Nya.
Yang terakhir, Saya manusia tawakkal manusia lainya. Sebagian tawakkal pada kebunnya,
sebagian lagi tawakkal pada dagangannya, sebagian lain tawakkal pada
pekerjaannya, dan sebagian lain lagi mengandalkan kesehatan badannya. Semua
makhluk didak tawakkal kepada kholiq-nya melainkan bertawakkal pada makhluk
yang lain yang sama lemahnya dengannya. Kemudian saya kembali
pada firman Allah ta’ala:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Maka saya
bertawakkal kepada
Allah azza wa jalla. saya yakin Allahadalah Tuhan yang mencukupi saya.”
Dengan penuh
bahagia imam Syaqiq berkata, “Wahai Hatim muridku, semoga Allah ta’ala memberi
taufiq padamu. Sesungguhnya aku telah melihat ilmu-ilmu di dalam kitab Taurat,
Injil, Zabur dan Al-Qur’an al-Adhim. Aku menemukan semua jenis kebaikan dan
ajaran agama. Semuanya terangkum pada delapan permasalahan ini. Sehingga, barang siapa
yang mengamalkannya, maka sesungguhnya ia telah
mengamalkan keempat Kitabullah.”
Demikianlah sedikit coretan dari Alfaqir, semoga Allah limpahkan pahala
kebaikan bagi yang membaca, menyampaikan, hatta yang menyebarkanya. Aamiin
La yusammal insan illa fahuwa
nisyan wa la yusammal basyar illah fahuwa yahtaj ilal ghoffar.
Minhad Ali Yahya
dari Magelang
santri PP. Al-Khoirot