ISLAM ITU PEMAAF
Oleh : Miftahul Khoir
Sebagai seorang muslim, kita seharusnya, bersikap dan berlaku baik terhadap sesama dan juga toleran terhada perbedaan, tidak serta merta harus menyamakan atau mensejajarkan argumen kita atau harus memaksa untuk saling memadukan pendapat, mengapa demikian, agar kita dikatakan sebagai muslim yang baik yang sesuai dengan agama yang kita anut ini. Jadilah manusia yang pemaaf karena hal itu tercermin sikap rosulullah yang lebih menyukai keislam seseorang dari pada harus mengungkit masa-masa kelam seseorang tersebut.
Di
kisahkna suatu saat, seorang yang dulunya budak yang bernama Wahsy pemuda
Abyssinia, yang telah membunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthollib denga
tombaknya, Wahsy telah membunuh Sayyidina Hamzah RA pada perang uhud
dengan lemparan tombaknya yang jitu karena di janjikan kemerdakaan bagi Wahsy
daru tuannya, Wahsy berhasil melakukan tugasnya dengan baik yaitu membunuh
Sayyidina Hamzah RA, karena saat itu kemerdekaan merupaka hal yang sangat
penting dan keiginan dari setiap budak dah bahkan harga untuk menjadi merdeka
tidalkah sedikit, dan sangat sulit di bayar kontan oleh seorang budak, dan
akhrinya Wahsy merdeka karena telah menjalankna tugasnya dedngan baik yaitu
membunuh Sayyidina Hamzah RA, bahkan setalah menancapkan tombakanya pada tubuh
Sayyidina Hamzah, ia mencabut tombaknya dengan berkata : ”aku melakukan apa
yang harus kulakukan dan aku membunhnya demi kebebasanku sendiri.[1]
Namun
disisi lain ketika islam sudah di ambang kejayaan, Wahsy datang menghadap Nabi
di madinah denga tujuan masuk islam dan menceritakan bagaimana proses saat dia
mengeksekusi Sayyidina Hamzah dan bahkan menyobek tubuh Sayyidina Hamzah dan
mengambil hatinya Sayyidina Hamzah untuk di serahkan kepada tuannya Hindun. Apa
jawab Rosullulloh setelah mendengar cerita tersebut, Rosuluuloh hanya berkata
kepada Wahsy agar segera berlalu (pergi) dari hadapan rosul, karena khawatir
rosul tidak bisa menahan sabar mendengar ucapan Wahsy, karena Wahsy menhadap
nabi denga tujuan baik yaitu masuk islam dan bersyahadat di hadapan nabi, maka
Nabipun memaafkan Wahsy yang mungkin sulit di terima siapapun bahkan raja raja
manapaun, seandainya Wahsy datang bukan dengan tujuan islam sudah pasti Wahsy
akan di bantai, namun karena keislamanlah Nabi menerima dan mengampuni Wahsy,
yang sangat sulit di lakukan siapapun lebih-lebih sekarang ini. Bagaiman
rosululloh begitu pemaafnya kepada siapa saja yang mau menyatakan
keislaman,meski orang tersebut musuj besar islam dan bahkan membunuh paman yang
sangat di cintai Nabi, namun ketika ia islam rosul lebih menyukainya daripada
harus mencela, menghardik bahkan mengeksekusinya.
Hal
ini berbeda dengan masa-masa sekarang, muslim yang satu dengan muslim yang lain
saling mencela, menghina bahkan membunuh, hanya karena ambisi dan kejayaan
masing-masing dan bahkan berperang hanya karena perbedaan ideologi dan pendapat
masing-masing.
Pada
kisah yang lain, Rosululloh marah terhadap salah satu sahabat yang telah
membunuh seseorang lelaki yang telah menyatakan keislamannya saat tengah
terjepit. Dialah Usamahseorang sahabat nabi yang masih berusia 17 tahun,yang
membunuh lelaki dari Bani Murrah yang telah mengejek Usamah pada saat
peperangan (ekspedisi) dan merendahkannya karena di anggap tidak akan bertahan
lama, namun Usamah merasa geram dan mengejarnya sampai ke gurun pasir, ia
akhirnya berhasil mengejar lelaki dari Bani Murrah tersebut dan melukainya,
serta merta lelaki Bani Murrah tersebut berteriak mengucapkan “Laa Ilaaha
illalloh” (Tiada tuhan selain ALLOH), namun meski mengucapkan syahadat Usamah
tetap memberikan pukulan mematikan.[2]
Kemudian
setelah sampai di madinah Usamah memeluk Rosul dengan erat, kemudian Nabi
bertanya bagiamana kampanyemu, maka Usamah menceritkan semua yang terjadi, Nabi
berkata “Hai Usamah apakah kau membunuhnya setalah menucapkan “Laa Ilaaha
Illalloh”, Wahai Rosul, jawabnya, ia melakukan itu hanya untuk mengelak agar
aku tidak membunuhnya, “kalau begitu kau belah dadanya apakah ia berbohong atau
tidak”, kata Nabi.[3] Disisi lain Usamah membunuh karena dia
beranggapan, bahwa lelaki itu munafik dan berbohong tentang ucapan “Laa Ilaaha
Illalloh”, karena megucapkan lafad ini pada saat terjepit dan terpojok, kok
tidak dari awal jika ingin masuk islam, disisi lain Rosululloh menyatakan bahwa
lelaki itu tulus masuk islam. Mengapa Rosul mengetahui bahwa lelaki itu
benar-benar tulus masuk islam, padahal pada saat itu juga banyak orang munafik
bahkan tidak sedikit dari kaum Rosul sendiri, sampai turun ayat (surat) Al-Munafiqun,
jawabnya, “Karena dia (Muhammad) seorang Rosul (utusan) bukanlah manusia
biasa, melainkan manusia pilihan dan bahkan sangat istimewa karena beliau di beritahu
tentang hal-hal ghaib oleh malaikat Jibril yang tidak di ketahui oleh siapapun
bahkan sahabat nabipun dan adanya wahyu yang turun.
Bahkan
Syaikh Muhammad Romadhon Al-Buty, sering menyinggungnya dalam kitab karyanya
“Fiqh Shiroh” mulai dari bab awal sampai pertengahan sering menyinggung
keistimewaan yang terjadi pada rosul. “Bahwa dialah seorang utusan yang memikul
beban da’wah agama Alloh dan di utus untuk semua manusia, dan pasti
menyampaikan dakwah tuhannya.[4]
Dan
pada bab Baitur Ridwan, Syaikh Romadhon Al-Buty, juga menyinggung bahwasannya
bukti-bukti,dalil-dalil yang kuat dialah seorang utusan bukan manusia biasa,
jadi bukti-bukti aqidah dan bukti atas kenabian lebih kuat dan lebih nyata.[5]
Maka
dari itu, keistimewaan yang terjadi pada dir rosul seperti : bisa mengetahui
hal –hal ghoib, yang tidak dapat di ketahui manusia yang lain bukanlah
kebetulan semata, melainkan beliau (muhammad SAW) adalah seorang Nabi dan
seorang Rosul sudah pasti lebih segalanya daripada manusia yang lain bahkan
sahabatnyapun, jadi dari kisah Usamah diatas, Nabi mengatahui lelaki yang di
bunuh usamah benar-benar tulus menyatakan keislaman, namun demikian Usamah juga
tidak salah karena menganggap lelaki dai Bani Murrah tadi munafiq, karena
mengucap “Laa Ilaaha Illalloh” ketika jiwanya terancam, jadi usamah khawatir
jika lelaki itu berbohong dan endingnya usamahlah yang di tikam dari belakang.
Apa
kesimpulan dari kisah-kisah diatas, bahwa islam itu Din Assalam (agama
perdamaian) dan pemaaf, maka dari itu, kita hendaknya menjadi orang yang mudah
memaafkan separti yang di lakukan Rosululloh SAW, dan disisi lain tidak mencari
mencari perkara-perkara yang sebetulnya tidak kita inginkan.
Namun
nyatanya, pada masa ini, perang antar sesama muslim masih terjadi, bahkan bukan
masalah ambisi dan kejayaan semata, terkadang hanya berbeda masalah ideologi
dan sudut pandang saling perang.
Kita seharusnya belajar dari rosul bagaimana beliau
memaafkan Wahsy, musuh tebesar islam pada saat masih kafirnya dan marah
terhadap sahabat yang mengeksekusi lelaki yang menyatakan keislamannya,
andaikan Wahsy datang bukan tujuan masuk islam, tentu Rosul tidak akan segan
mengeksekusinya. Itulah islam, islam itu pemaaf karena tercermin dari pembawa
risalah yang paling agung nan mulia yang paling pemaaf.[]
Wallohu A’lamu Bis
Showab...
Baca Juga Tulisan Miftahul Khoir :
[1] Muhammad “Kisah Hidup Nabi berdasarka Sumber Klasik, hal 339
[2]Ibid hal 519
[3]Ibid hal 520
[4]Fiqh Shiroh Dar Al-Kutub Beirut Libanon hal 125
[5]Ibid hal 262