Muhammad Sa’id Al- Buthi
Muhammad Sa’id Al- Buthi
By : Wildan Maulana (Wak Kaji)
Kelas: XII MA. Al-Khoirot
Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthi lahir pada tahun 1929 di Desa Jilka, Pulau
Buthan (Ibnu Umar), sebuah kampung yang terletak di bagian utara perbatasan
antara Turki dan Irak. Ia berasal dari suku Kurdi, yang hidup dalam berbagai
tekanan kekuasaan Arab Irak selama berabad-abad.
Bersama
ayahnya, Syaikh Mula Ramadhan, dan anggota keluarganya yang lain, Al Buthi
hijrah ke Damaskus pada saat umurnya baru empat tahun. Ayahnya adalah sosok
yang amat dikaguminya.
Sang ayah sangat membekas dalam sisi
kehidupan intelektualnya. Ayahnya memang dikenal sebagai seorang ulama besar
di Damaskus. Bukan saja pandai mengajar murid-murid dan masyarakat di kota
Damaskus, Syaikh Mula juga sosok ayah yang penuh perhatian dan tanggung jawab
bagi pendidikan anak-anaknya.
Dalam
karyanya yang mengupas biografi kehidupan sang ayah, Al Fiqh Al Kamilah
li Hayah Asy Syaikh Mula Al Buthi Min Wiladatihi Ila Wafatihi, Syaikh Al
Buthi mengurai awal perkembangan Syaikh Mula dari masa kanak-kanak hingga masa
remaja saat turut berperang dalam Perang Dunia Pertama. Kemudian menceritakan
pernikahan ayahnya, berangkat haji, hingga alasan berhijrah ke Damaskus, yang
di kemudian hari menjadi awal kehidupan baru bagi keluarga asal Kurdi itu.
Masih dalam
karyanya ini, Al Buthi menceritakan kesibukan ayahnya dalam belajar dan
mengajar, menjadi imam dan berdakwah, pola pendidikan yang diterapkannya bagi
anak-anaknya, ibadah dan kezuhudannya, kecintaannya kepada orang-orang shalih
yang masih hidup maupun yang telah wafat, hubungan baik ayahnya dengan para
ulama Damaskus di masa itu, seperti Syaikh Abu Al Khayr Al Madani, Syaikh
Badruddin Al Hasani, Syaikh Ibrahim Al Ghalayayni, Syaikh Hasan Jabnakah, dan
lainnya, yang menjadi mata rantai tabarruk bagi Al Buthi. Begitu besarnya atsar (pengaruh)
dan kecintaan sang ayah, hingga Al Buthi begitu terpacu untuk menulis karyanya
tersebut.
Muhammad
Sa’id Ramadhan Al Buthi muda menyelesaikan pendidikan menengahnya di Institut
At Tawjih Al Islami di Damaskus. Kemudian pada tahun 1953 ia meninggalkan
Damaskus untuk menuju Mesir demi melanjutkan studinya di Universitas Al
Azhar. Dalam tempo dua tahun, ia berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1
di bidang syari’ah. Pada tahun berikutnya di universitas yang sama, ia
mengambil kuliah di Fakultas Bahasa Arab hingga lulus dalam waktu yang cukup
singkat dengan sangat memuaskan dan mendapat izin mengajar bahasa Arab.
Kemahiran Al
Buthi dalam bahasa Arab tak diragukan. Sekalipun bahasa ini adalah bahasa ibu
orang-orang Arab seperti dirinya, sebagaimana bahasa-bahasa terkemuka dalam
khazanah peradaban dunia, ada orang-orang yang memang dikenal kepakarannya
dalam bidang bahasa, dan Al Buthi adalah salah satunya yang menguasai bahasa
ibunya tersebut. Di samping itu, kecenderungan kepada bahasa dan budaya membuatnya
senang untuk menekuni bahasa selain bahasa Arab, seperti bahasa Turki, Kurdi,
bahkan bahasa Inggris.
Selulusnya
dari Al Azhar, Al Buthi kembali ke Damaskus. Ia pun diminta untuk membantu
mengajar di Fakultas Syari’ah pada tahun 1960, hingga berturut-turut menduduki
jabatan struktural, dimulai dari pengajar tetap, menjadi wakil dekan, hingga
menjadi dekan di fakultas tersebut pada tahun 1960.
Lantaran keluasan
pengetahuannya, ia dipercaya untuk memimpin sebuah lembaga penelitian theologi
dan agama-agama di universitas bergengsi di Timur Tengah itu.
Tidak lama
kemudian, Al Buthi diutus pimpinan rektorat kampusnya untuk melanjutkan program
doktoral bidang ushul syari’ah di Al Azhar hingga lulus dan berhak mendapatkan
gelar doktor di bidang ilmu-ilmu syari’ah.
Aktivitasnya
sangat padat. Ia aktif mengikuti berbagai seminar dan konferensi tingkat dunia
di berbagai negara di Timur Tengah, Amerika, maupun Eropa. Hingga saat ini ia
masih menjabat salah seorang anggota di lembaga penelitian kebudayaan Islam
Kerajaan Yordania, anggota Majelis Tinggi Penasihat Yayasan Thabah Abu Dhabi,
dan anggota di Majelis Tinggi Senat di Universitas Oxford Inggris.
Dan tahun
2012 lalu, beliau menjadi ketua Ikatan Ulama Bilad Asy Syam. Beliau wafat pada 21 Maret 2013, Damaskus, Suriah.