Kriteria Santri KH. Syuhud Zayyadi
Oleh : Minhad Ali Yahya
Angkatan Mumtaz 2019
KH. Syuhud Zayyadi |
Alfaqir yang dulu pernah merasa dekat dengan Gus Hilmi Ali Ali mendapat
pencerahan hati yang menurut Alfaqir wajib bagi santri Al-Khoirot
mengetahuinya. Gus helmi pernah ndawuh(berkata) kepada Alfaqir dan salah satu
sahabat karibnya pada suatu malam(jagongan), bahwa syarat diakui santrinya KH.
Syuhud Zayyadi adalah dengan memenugi tiga perkara :
Hafal Aqoid 50
Aqoid 50 yang merupakan salah satu dari beberapa pembahasan dalam ilmu
tauhid, menjadi hal yang harus diperhatikan dan dihafalkan bagi santri
Al-Khoirot, bahkan cerita Gus Hilmi tentang santri dulu yang ketika daftar
masuk pesantren Al-Khoirot tidak menggunakan uang akan tetapi cuma disuruh
hafalan Aqoid 50, kemudian santri tersebut resmi menjadi santri KH. Syuhud Zayyadi.
Dalam hal ini kita dapat melihat peran Tarbiyah wat ta’lim yang dengan giat
mendidik santri untuk hafal Aqoid 50. Peran Tarbiyah wat ta’lim bermacam-macam
dalam proses penghafalan santri pada Aqoid 50 salah satunyaialah pembacaan
nadzom Aqidatul Awam setelah selesai jamaah dzuhur dan rutinan malam kamis
serta divariasi dengan hafalan metode menyanyi yang dilagukan menggunakan
bahasa Madura.
Pada kesempatan ini Alfaqir mau bertanya nih..? katanya santinya KH.
Syuhud Zayyadi sudah hafal Aqoid 50 belum..? kalua belum ikutilah rutinan
pembacaan sholawata ba’da dhuhur beserta Aqoid 50.
Ikhwan…!! Belum cukup kalua hanya hafal Aqoid 50 karena ada syarat
selanjutnya yang kalian harus penuhi apakah itu…?
Tahu sholawat KH. Syuhud Zayyadi
Dawuhnya Gus Hilmi Ali kepada Alfaqir
dan salah satu sahabatnya belia berkata “kalau mau diakui santrinya KH.
Syuhud Zayyadi maka, harus tahu sholawatnya beliau”. Ikhwan dari dawuh Gus
Helmi diatas Alfaqir dapat menyimpulkan bahwasannya kalau nyantri di Al-Khoirot
tapi tidak mengenal sholawat Al-khoirot yang sebagian besar dikarang oleh KH.
Syuhud Zayyadi maka santri “remaja yang
sedang jatuh cinta namun bertepuk seblah tangan” kenapa Alfaqir mengatakan
seperti itu..? karena seorang yang pernah merasakan “cinta bertepuk sebelah
tangan” bakalan tahu betapa sakitnya hati ketika seseorang telah mati-matian
berjuang namunakhirnya sia-sia ditengah jalan karna bertepuk sebelah tangan.
Begitu juga santri Al-Khoirot yang mati-matian cari ilmu bahkan ada yang rela
merantau demi cari ilmu di Al-Khoirot, yang santri tersebut tidak mengetahui
Sholawat Al-Khoirot ujung-ujungnya seperti remaja yang cintanya bertepuk
sebelah tangan takutnya tidak diakui santrinya KH. Syuhud Zayyadi na’udzubillah
min dzalik.
Untuk menghindari hal tersebut, Alfaqir mengajak seluruh santri
Al-Khoirot untuk ikut bersholawat pada rutinan pembacaan sholawat Al-Khoirot
yakni waktu pagi sebelum subuh dan sore sebelum maghrib.
Jangan bangga dulu Ikhwan..!! kalian yang sudah sukses 2 rintangan/syarat
diatas bakalan menghadapi rintangan/syarat ke-3 yang menurut Alfaqir sangat
berat untuk dilakukan oleh santri zaman now apa sih syarat ke-3?
Tidak pacaran
Yang dimaksud aleh Alfaqir tentang tidak pacara disini tidak ada
hubungan antara Ikhwan dan akhwat yan bukan mahram bukannya tidak boleh
menggunakan penghias kuku(heyna) yang ditaruh dikuku santri.
Pada syarat ketiga ini Alfaqir masih mengingat dawuhya gus hilmi tentang
larangan pacaran bagi santri yang mau diakui santri oleh KH. Syuhud Zayyadi .
dalam larangan beliau, gus hilmi berkata pada Alfaqir dan sahabatnya jika
diantara Alfaqir dan sahabatnya ada yang pacarana untuk segera dihentikan
spontan salah satu dari kami bertanya “kalau missal kita pacarana sebelum
mengetahui 3 syarat ini bagaimana?” dijawab oleh beliau “segera hentikan!”. Jadi
Ikhwan dan akhwan yang masih ada hubungan pacarana stop ana say not to “Pacaran”
sesuai dengan artinya, Alfaqir (orang yang membutuhkan) Alfaqir mengharap
kepada Ikhwan dan akhwat supaya menyebar luaskan 3 syarat ini.
Sekian semoga coretan pena Alfaqir bermanfaat.
لايسمى الإنسان الا فهو نسيان
“Tidak
dinamakan manusia kecuali dia pelupa”
ولا يسمى البشر الا فهو يحتاج الى
الغفار
“Dan tidak dinamakan manusia kecuali butuh pada ampunan”
Masha Allah